PERINGATAN HARI GURU NASIONAL TAHUN 2022 TINGKAT KABUPATEN MAMUJU
Ditulis tanggal 26 Nov 2022 | Dibaca 224 kali
Hari Guru Nasional (HGN) diperingati setiap tanggal 25
November 2022. Tema Hari Guru Nasional tahun 2022 ini tentang inovasi dan
merdeka belajar. Hari Guru bertujuan untuk menghormati peran dan
jasa-jasa guru di Indonesia. Guru sebagai pendidik menjadi bagian penting dalam
pembangunan masyarakat Indonesia. Guru
juga menjadi tonggak utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itulah
guru sangat layak disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Peringatan hari guru
nasional tingkat kabupaten mamuju di semarakkan dengan gelaran upacara yang
dipusatkan di lapangan ahmad kirang mamuju. Bupati mamuju Sitti Sutinah
Suhardi, menyampaikan apresiasi dan rasa terimakasih atas pengabdian para guru
selama ini dalam membina generasi, ia juga sekaligus memberi motifasi kepada
semua instrumen pendidikan, terutama para guru dan kepala sekolah untuk dapat
menjadikan momentum hari guru sebagai moment kebangkitan dunia pendidikan di
kabupaten mamuju. Secara teknis bupati yang pernah menjabat sebagai sekretaris
Dinas pendidikan pemuda dan olahraga ini, berharap para guru selalu berupaya
meningkatkan kemampuan terutama penguasaan teknologi informasi, sehingga mereka
mampu melakuka inprovisasi dalam melaksanakan tugas pengajaran sebagaimana
harapan dalam penerapan kurikulum merdeka.
Terlepas dari itu,
Sutinah Suhardi juga memberikan atensi atas kemeriahan maulid nabi Muhammad
SAW, yang juga dilaksanakan bersamaan dengan peringatan hari guru nasional. Lantas seperti apa sejarah
hari guru nasional? Berikut penjelasannya dikutip dari sumber detikSulsel:
Sejarah Hari Guru Nasional, Melansir dari
laman resmi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), organisasi guru di
Indonesia sudah ada sejak tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda
(PGHB). Semangat perjuangan dan kebangsaan pun sudah ada di kalangan guru-guru
bangsa Indonesia kala itu. Organisasi
PGHB terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah dan pemilik
sekolah. Dengan semangat perjuangan, mereka bertugas di Sekolah Desa dan
Sekolah Rakyat Angka Dua.
Di samping bertugas mengajar di sekolah, PGHB pun terus
memperjuangkan nasib para anggotanya. Adanya perbedaan status sosial, pangkat,
dan latar belakang antara guru pribumi dan guru Belanda menjadi satu tantangan
utama. Sejalan dengan kondisi itu, disamping PGHB berkembang
pula organisasi lain yang bercorak keagamaan, kebangsaan dan sebagainya seperti
Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru
Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool
Bond (HKSB). Semangat perjuangan
dan kesadaran akan kesetaraan mendorong para guru pribumi terus memperjuangkan
persamaan hak dengan pihak Belanda.
Dengan perjuangan tersebut, beberapa guru akhirnya berhasil
mengisi jabatan penting. Kepala HIS (Hollandsch-Inlandsche School) yang dulu
selalu dijabat orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan guru Indonesia. Selain
memperjuangkan perubahan nasib dan kesetaraan, semangat juang para guru juga
berkobar untuk tujuan yang lebih besar. Yakni cita-cita dalam mencapai
kemerdekaan. Pada tahun 1932 nama
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia
(PGI). Perubahan ini mengejutkan pihak Belanda. Karena kata "Indonesia" yang mencerminkan
semangat kebangsaan tidak disukai oleh Belanda. Sebaliknya, kata
"Indonesia" itu sangat didambakan oleh guru dan rakyat pribumi.
Pada zaman pendudukan Jepang, semua organisasi dilarang,
sekolah-sekolah pun ditutup. Persatuan Guru Indonesia (PGI) tak lagi bisa beraktivitas.
Namun semangat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menjadi dasar bagi PGI
untuk menggelar Kongres Guru Indonesia. Kongres itu diadakan di Surakarta pada
tanggal 24-25 November 1945.
Para peserta Kongres Guru Indonesia ini adalah
para guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru, dan pegawai pendidikan RI
yang baru dibentuk. Mereka semua bersatu untuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Hasil dari kongres ini
menyepakati untuk menghapus semua perbedaan status, tamatan, lingkungan,
politik, agama dan suku di kalangan para guru. Selain itu yang lebih penting
adalah pada tanggal 25 November 1945 tersebut, Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) pun didirikan. Sejak
kongres itu pula, semua guru Indonesia yang sebelumnya terpecah belah dalam berbagai
organisasi menyatakan diri bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI). Semangat perjuangan selalu utuh dalam tubuh PGRI sebagai
organisasi perjuangan, organisasi profesi, organisasi ketenagakerjaan yang
bersifat unitaristik dan independen. Sejak saat itulah, sebagai penghormatan kepada para guru di Indonesia,
pemerintah menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Penetapan
ini disahkan melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 dan diperingati
setiap tahun.